Momentum Hari Lahir KOPRI ke 58 kembali menghadirkan ruang refleksi bagi seluruh kader perempuan untuk meneguhkan arah perjuangan dalam bingkai nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan. Tema tahun ini, “Srikandi Digdaya: Ketangguhan, Kecerdasan, dan Keanggunan dalam Satu Simbol,” tidak sekedar menjadi slogan perayaan, tetapi penegasan nilai strategis tentang bagaimana perempuan PMII membangun Keterwakilan, kepemimpinan, dan kontribusi sosial di tengah dinamika zaman yang kian kompleks.
Pada peringatan Hari Lahir Korps PMII Putri (KOPRI) ini mengandung energi dan spirit baru bagi gerakan perempuan Indonesia. Memasuki usia ke 58 dengan mengangkat tema yang related dengan kondisi saat ini bukan sekadar slogan seremonial, tetapi sebuah penegasan nilai yang mencerminkan perjalanan panjang kaderisasi perempuan di tubuh PMII. Ia adalah metafora tentang perempuan yang mampu berdiri teguh di tengah perubahan zaman, tetap cerdas membaca realitas sosial, dan tetap berkepribadian anggun yang menjaga martabat dirinya sebagai insan peradaban.
KOPRI dalam lintasan sejarahnya, telah menjadi ruang penting bagi lahirnya perempuan-perempuan yang percaya pada daya dirinya. Ruang yang menumbuhkan keberanian untuk bersuara, kemampuan untuk menganalisis problem dilingkungan nya serta kepekaan sosial yang berpihak pada kemanusiaan dan keadilan. Dalam tradisi kaderisasi yang terus berkembang, KOPRI membentuk ekosistem pembelajaran yang mengajak perempuan untuk berpikir kritis, berjejaring, dan berdaya dalam komunitas.
Namun momentum harlah bukan sekedar perayaan, melainkan momentum dalam merefleksi perjalanan gerakan perempuan ditubuh PMII/NU untuk meneguhkan kembali posisi perempuan dalam tubuh gerakan kemahasiswaan dan realitas sosial politik. Kita menyaksikan bahwa gerakan perempuan hari ini dihadapkan pada dua dinamika besar dalam hal ini adalah kemajuan dan tantangan.
Di satu sisi, ruang partisipasi perempuan semakin terbuka. Perempuan menempati posisi strategis di ranah akademik, kebijakan publik, organisasi sosial, hingga sektor ekonomi kreatif. Tetapi di sisi lain, bias gender masih tidak dapat dipungkiri, marginalisasi, kekerasan berbasis gender, serta stereotip yang mempersempit ruang gerak perempuan masih menjadi problem nyata.
Melihat kembali refleksi perjalanan Kopri di Usia yang ke 58 bukan hanya sekedar simbol heroik masa lalu, melainkan refleksi sosial atas kondisi perempuan Indonesia khususnya perempuan PMII yang terus memaksimalkan perannya di tengah arus digitalisasi, politik identitas, dan perubahan sosial yang cepat. Selaras dengan tema Harlah Kopri tahun ini “Srikandi Digdaya: Ketangguhan, Kecerdasan, dan Keanggunan dalam satu simbol”.
“Ketangguhan, yang dimaksud bukan hanya keberanian fisik, tetapi tentang keteguhan prinsip dan komitmen,
“Kecerdasan, bukan sekadar kemampuan akademik, tetapi juga kejernihan membaca kondisi sosial yang terjadi dalam masyarakat lebih lagi pada kondisi perempuan.
“Keanggunan bukan hanya penampilan yang harus selalu menarik, melainkan etika, integritas diri dan kemampuan menjaga martabat perempuan ditengah hiruk pikuk pertarungan gagasan
Salah satu aspek yang paling penting dari gerakan perempuan PMII adalah pada ranah kaderisasi, kehadiran wadah KOPRI pada tiap tingkatan memegang peran strategis yang harus mampu untuk terlibat dalam menjalankan proses penguatan kapasitas kader.
kita menyaksikan betapa pentingnya proses pendampingan intelektual dan advokasi berbasis pengetahuan gender. Pendidikan gender bukan lagi pelengkap materi kaderisasi, melainkan bagian terpenting dalam menentukan arah gerakan. Di sinilah KOPRI harus menjadi ruang pengkaderan yang inklusif dan progresif tempat kader perempuan menemukan suara autentiknya, bukan mengulang narasi patriarki dalam versi mungkin berbeda.
Gerakan perempuan hari ini juga dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perubahan ekosistem digital. Media sosial, ruang budaya populer, bahkan teknologi kecerdasan buatan seperti kehadiran Artificial Intelegent (AI) telah mempengaruhi cara perempuan membangun identitas dan suara publiknya.
KOPRI perlu memaknai ruang digital ini sebagai ladang dakwah intelektual, ruang kampanye nilai kesetaraan, sekaligus medan literasi bagi kader agar tidak terseret arus informasi yang bias atau penuh kekerasan simbolik. Kader perempuan yang cakap digital adalah bagian dari perwujudan Srikandi Digdaya masa kini.
Meski demikian, masih banyak pekerjaan kolektif yang menanti. KOPRI perlu memperkuat jejaring gerakan perempuan lintas organisasi, membuka ruang diskusi kritis yang lebih intensif, dan mendorong kepemimpinan perempuan di setiap level PMII agar tidak terjebak dalam pola representasi simbolik semata. Kita perlu memastikan bahwa perempuan tidak hanya hadir sebagai pelengkap struktur, tetapi menjadi subjek penuh yang menentukan arah gerakan.
Pada usia ke 58 ini, KOPRI kembali ditantang untuk membuktikan bahwa perempuan bukan sekadar pelengkap organisasi, tetapi pilar penentu arah gerakan. Dalam tubuh PMII, perempuan tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi menjadi bagian dalam berfikir, bukan hanya pendamping, tetapi penggerak, bukan hanya simbol, tetapi kekuatan transformasi sosial.
Maka refleksi harlah ini mengajak seluruh kader perempuan untuk terus meneguhkan jati diri sebagai kader perempuan yang cerdas dalam gagasan, tangguh dalam perjuangan, dan anggun dalam moralitas gerakan. KOPRI harus tetap menjadi ruang yang membesarkan dan menguatkan perempuan, ruang yang memperjuangkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan, serta ruang yang melahirkan pemimpin perempuan masa depan yang tidak hanya siap bersaing, tetapi juga siap membawa perubahan.
Harlah ke 58 bukan hanya tentang mengenang perjalanan, tetapi tentang merancang masa depan. Masa depan di mana perempuan PMII terus berdiri di garis terdepan perjuangan, menyuarakan nilai kemanusiaan, dan menuliskan sejarahnya sendiri sebagai bagian tak terpisahkan dari kemajuan bangsa.
Selamat Harlah KOPRI ke 58, di usia yang sudah sangat matang ini semoga spirit "Srikandi Digdaya" terus mengalir dalam setiap langkah perjuangan perempuan PMII. Terima kasih telah menjadi ruang bertumbuh, ruang belajar, dan ruang pemberdayaan yang tak pernah lelah mencetak perempuan-perempuan masa depan yang tangguh, cerdas, dan anggun. Semoga KOPRI terus menjadi Cahaya pembawa perubahan dalam gerakan perempuan dan perjalanan bangsa.